Melalui Program Newton Fund, Peneliti Indonesia Dapat Perhatian Inggris
Duta Besar Inggris untuk Indonesia, Moazzam Malik, MTVN - Marcheilla Ariesta |
Peneliti dari dua negara, Inggris
dan Indonesia, berkolaborasi menciptakan karya untuk riset serta teknologi masa
depan. Kolaborasi itu didanai program Newton Fund.
Duta Besar Inggris untuk
Indonesia, Moazzam Malik, menuturkan, program itu berkontribusi membantu
pendanaan inovasi di Indonesia. Tujuannya, meningkatkan kualitas dan
kapabilitas di Indonesia.
"Program ini sangat penting
untuk masa depan Indonesia, karena sampai sekarang dana inovasi masih kurang,
masih rendah di Indonesia. Dan untuk meningkatkan daya saing Indonesia ke
depan, perlu ditingkatkan inovasi di bidang riset dan inovasi," ujar
Moazzam saat ditemui di kediamannya di Jakarta, Kamis 9 November 2017.
Menurutnya, peningkatan
lembaga-lembaga penelitian di Indonesia juga harus ditingkatkan. Sehingga
Indonesia bisa bermitra dengan rekan di luar negeri.
Sebenarnya, kata Mozzam, Indonesia
memiliki banyak lembaga pendidikan yang bagus. Universitasnya terkemuka dengan
dosen yang berpengalaman. Sayangnya, tak ada satu pun universitas di Indonesia
yang masuk dalam 400 perguruan tinggi terbaik dunia.
Baginya, hal tersebut hambatan
untuk daya saing Indonesia ke depannya. Karenanya, dia berharap lewat Newton
Fund, kerja sama untuk mengembangkan penelitian dan interaksi antarpeneliti
dapat menjadikan Indonesia lebih baik ke depannya.
"Lewat Newton Fund ini, kami
harapkan adanya kerja sama dan perkembangan antara peneliti dengan peneliti
untuk mendukung penelitian yang cerdas dan juga untuk meningkatkan kapabilitas
di Indonesia," serunya.
"Ini sangat penting bagi
Indonesia dan penting juga bagi Inggris karena bisa memajukan kemitraan dan
juga mengikuti peneliti yang berbakat di Indonesia yang memerankan peran sangat
penting," lanjut Moazzam.
Ada lima orang dari Indonesia yang
mendapat kesempatan untuk melakukan penelitian dan melanjutkan pendidikan di
Inggris. Mereka adalah Ferensa Oemry, Dr Eng Nino Rinaldi, dan Dr Indri Badria
Adilina dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) yang akan meneliti
mengenai katalisis sampah dari limbah kelapa sawit.
Kemudian, dua lainnya adalah
Hagorly Mohamad Hutasuhut dari PT Integrasi Sinergi Teknologi (INSITEK) dan
juga Siti Fariya dari Institut Teknologi Adhi Tama Surabaya (ITATS).
Tidak ada komentar